“Di depan panggung sana ada ratusan orang, ribuan orang, bahkan jutaan orang yang mungkin akan menatap aku berbicara. Tatapan mereka seolah menghukumku. Tatapan mereka seolah menguji kehebatan ide yang akan aku sampaikan. Jika aku tampak bodoh mereka akan siap-siap mentertawakan. Jika aku salah bicara maka mereka akan saling berbisik dan bergunjing. Jika aku berbicara terlalu berani mungkin mereka akan siap melemparku dengan telur busuk,”
Mungkin pikiran seperti itu biasa
menghantui para public speaker pemula
(seperti saya). Kalau kamu seorang public
speaker, enyahkan pikiran-pikiran
seperti itu. Karena semua itu hanyalah imajinasi picik yang
menari-nari di dalam kepalamu.
Pada suatu hari di laboratorium public speaking, Mr. Amin (dosen kami di
UNPAS) menantang mahasiswanya untuk
berbicara didepan audiens. Audiensnya sedikit, cuma terdiri dari beberapa
puluh mahasiswa yang juga mengikuti
kelas tersebut.
Satu per satu mahasiswa tampil berbicara. Beberapa orang mampu
berbicara dengan lancar, namun
kebanyakan orang gugup dan bingung mau
ngomong apa. Beberapa mampu berbicara tapi idenya loncat-loncat dan tidak
terstruktur.
Menurut Mr. Amin, ada beberapa structure
speech yang harus disampaikan dalam public speaking, yakni :
- Addressing
- Greetings
- Opening
- Body Content
- Clossing
- Thanking
Disampaikan Amin, dalam memulai speech
tentukan dulu supporting point-nya. Kita bisa menyampaikan testomoni (quote),
analogi (membandingkan sebuah kasus dulu atau kini), statistic ( sesuatu
yang ilmiah), Explaination (etimologi, terminology,
penjelasan), Example (contoh studi kasus).
Pada kesempatan lainnya, Amin menantang kami untuk berbicara di depan audiens dengan meniru bagaimana public
speaker lain berbicara. Artinya kita tidak perlu menjadi diri sendiri dulu,
tapi bagaimana kita menjadi orang lain saat menyampaikan speech. Saya menilai maksud Amin adalah bagaimana kita bisa
berakting menjadi public speaker lain.
Speech Hillary Clinton pada pidato politiknya pada Democratic National Convention tanggal 26 Agustus 2008 di Denver, menjadi role
model yang harus kami ikuti saat
itu. Satu per satu dari kami tampil
berbicara seolah-olah kami adalah Hillary Clinton.
Ya, kini giliranku untuk menjadi
Hillary Clinton yang berbicara didepan ribuan simpatisan dan pendukung partai democrat.
Pikiranku berkata, aku akan menyampaikan
hal-hal baik, mengajak audiens membangun mimpi dan menghadapi masa depan,
meyakinkan mereka secara personal bahwa mereka merupakan bagian dari Negara untuk
menghadapi tantangan dunia, dan aku
mempengaruhi mereka untuk memilih Barack Obama sebagai Presiden Amerika.
Yang saya rasakan selama menjadi Hillary Clinton adalah rasa percaya diri dan
bangga dengan perkataan yang saya sampaikan. Kami meniru bagaimana Hillary menggunaakan speed speaking, intonasi, stressing,
pharsing dan pause dalam speech-nya.
Dan benar, Mr.Amin berhasil membuat kami menyampaikan speech di depan audiens mirip Hillary
Clinton. Amin mengatakan, bahwa dalam menyampaikan speech kita tak perlu menjadi orang lain akan tetapi kita bisa menjadikan public speaker lain sebagai
referensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar